PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEBAGAI BUDAYA SEKOLAH (SCHOOL CULTURE)

Yoyo Husairi, Pengawas PAI Kementerian Agama Kota Tangerang

Abstract

Untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan keagamaan melalui pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah umum, menekankan langkah-langkah yang memungkinkan para peserta didik dapat mengembangkan keagamaan mereka. Hal ini tidak hanya dalam wacana pelajaran, tetapi juga agar mereka dapat mengamalkan dan menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.
Dalam pengembangan PAI sebagai budaya sekolah diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan sistematis dengan dukungan dari berbagai pihak. Guru PAI sebagai agent of change dalam membentuk budaya sekolah (school culture) harus memiliki kepribadian dan spirit yang kuat secara internal, sehingga dengan kepribadian yang kuat tersebut mampu menjadikan PAI sebagai budaya sekolah.
Pendidikan Agama Islam sebagai budaya sekolah akan menghasilkan Pendidikan dan pengajaran agama Islam yang tidak hanya bersifat kognitif saja tapi juga sampai pada tataran pengamalan ajaran agama yang pada gilirannya diharapkan menjadi kultur atau membudaya di lingkungan sekolah sekaligus memberikan dampak positif bagi seluruh warga sekolah dan masyarakat.
Pengembangan PAI sebagai budaya sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan tiga strategi dan empat model pengembangan. Tiga strategi tersebut adalah power strategy, persuasive strategy, dan normative re-educative, sementara empat model pengembangannya yaitu; model struktural, model dikotomis, model mekanisme, dan model organisme. Pengembangan PAI sebagai budaya sekolah diantaranya dapat dilihat dari delapan indikator, yaitu; salat berjamaah, tadarrus Al-Quran, berdoa sebelum dan sesudah belajar, kegiatan keagamaan/PHBI, belajar berinfak, berbusana muslim, mengucapkan salam, dan menjaga kebersihan.